Credit: Google image |
Judul : Belajar Bahagia, Bahagia Belajar
Penulis : Ida S. Widayanti
Penerbit : Arga Tilanta
Tahun : 2013 (Cetakan kedua)
ISBN : 978-979-1328-71-5
Tebal : xxv + 186 hlm
Harga : Rp 45.000,-
Pertama-tama saya mengucapkan
Alhamdulillah atas selesainya buku ini dalam sehari dan dengan selesainya buku
ini berarti mengurangi tumpukan buku yang telah lama belum terjamah hoho. Ini
buku aseli udah dibeli dari tau kapan deh tapi baru sempat dibaca, sekali lagi
Alhamdulillah tuh buku nggak berakhir dalam tumpukan berdebu haha.
Kedua, begini ceritanya
sebagai seorang gadis yang sedang beranjak dewasa *ehem* tentu salah satu yang
perlu dipersiapkan adalah mempersiapkan diri sebagai seorang istri dan juga ibu
bagi anak-anak saya nantinya >.<. So, jadilah saya beberapa bulan ini
kalau ke toko buku salah satu yang dicari adalah buku berbau-bau pernikahan
ataupun parenting. Kalau ada teman yang tanya “Emangnya mba Rina dah mau
nikah?” Ya iya lah saya mau nikah tapi tar tunggu si Mas yang nggak tahu di
mana dapet alamat rumah dan ketemu Bapak saya hehe. Ya, motif beli buku-buku
tema itu emang atas kesadaran diri bahwa tugas menjadi istri dan ibu nanti itu
adalah pekerjaan yang penuh tantangan, makannya harus well prepare. Setuju?
Yaah setuju aja lah yah.
Oke prolognya terlalu lama,
langsung aja deh bedah buku satu ini yuuk.
Buku Belajar Bahagia, Bahagia
Belajar ini adalah versi baru dari buku Smart Choice yang pernah terbit
tujuh tahun lalu. Dalam buku edisi baru ini disebutkan bu Ida ada delapan kisah
baru yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Buku ini juga merupakan buku
pertama dari trilogy catatan parenting yang bu Ida tulis.
Saat beli buku ini saya belum kenal
bu Ida dan belum tahu kalau beliau sudah banyak menulis buku. Awalnya saya
tertarik dengan judul bukunya *emang gampang dibujuk gue ini*. Belajar bahagia.
Selama ini yang saya tahu bahagia itu adalah perasaan yang datang begitu saja
saat kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Jadi itu tuh reaksi otomatis
yang kita nggak harus belajar kan yah. Hem jadi penasaran kan gimana caranya
belajar untuk bahagia?
Jadi
buku ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian
pertama berisi kisah-kisah inspiratif bagaimana pentingnya membangun
kebahagiaan pasangan sehingga anak-anak punya lingkungan yang kondusif untuk
tumbuh.
2. Bagian
kedua tentang bagaimana suasana belajar yang bahagia membuat anak-anak semangat
untuk belajar.
3.
Bagian
ketiga berisi kisah-kisah keseharian yang sarat makna.
4.
Bagian
keempat menyajikan bagaimana memotivasi anak-anak dengan cara inspiratif.
Menangkap
isi bagian pertama, bahwa agar anak-anak kita nanti tumbuh menjadi pribadi yang
berhati lembut, peduli sesama, menjadi anak yang penuh kasih sayang maka harus
dimulai dari pasangan suami istri itu sendiri. Pasangan ini harus terlebih
dahulu bahagia dengan satu sama lain, karena anak tumbuh dengan menangkap apa
yang terjadi di sekelilingnya. Maka jangan heran kalau bapak ibunya tidak akur,
anak-anak mereka sulit diatur.
“Menikah bukan hanya hidup bersama antara seorang lelaki dan perempuan, namun sinergi dua insan dalam menjalankan amanah sebagai hamba maupun khalifah. Dengan menikah, kualitas kehambaan masing-masing di hadapan Allah seharusnya makin meningkat. Demikian juga dengan kiprah di masyarakat idealnya membei kemaslahatan juga.”
Nah
lhoo …
Jadi
menikah tuh bukan sekedar saya suka kamu suka, saya cinta kamu cinta terus kita
menikah yah. Menikah itu harus ada visi misi yang jelas, mau dibawa ke mana
bahtera rumah tangga kita *kapal kali*. Penak-pernik dalam rumah tangga itu
banyak dan nggak melulu soal cinta, nah ini yang harus kita persiapkan. Misalnya
saja akhlak. Ternyata kawan akhlak yang buruk bisa melunturkan cinta di hati
pasangan. Nah nah, mulai deh menengok diri, sudahkah kita menghiasi diri dengan
akhlak karimah?.
Di
bagian pertama ini ada kisah yang nancep banget, yaitu kisah “Senyum Tukang
Sampah”. Kisah si bapak tukan sampah ini yang mengajarkan kita untuk pandai
bersyukur. Betapa menyejukkan hati senyum bapak tukang sampah ini yang mendapat
bayaran sepuluh ribu rupiah tepat waktu. Sedangkan kita mungkin memiliki
berlembar-lembar uang tapi manyun tetap merasa kurang. Betapa seringkali
kita para istri - uhuk kita, yeye – tidak bersyukur dan berterima kasih dengan
nafkah yang diberikan suami. Daaan ternyata kawan masalah ekonomi ini menjadi
nomor dua sumber perceraian di bawahnya orang ketiga.
Masuk
dibagian kedua nih. Seperti judul babnya bahagia belajar, berisi bagaimana
membuat anak-anak kita bahagia saat mereka belajar. Kita yang sudah beranjak
dewasa ini pasti pernah kecil kan, kita pasti punya pengalaman masing-masing
bagaimana dulu proses belajar kita. Ada anak yang diberi kebebasan untuk
berekspresi melakukan apa yang mereka suka dan ada sebagian anak lainnya yang
selalu diatur ini itu kalau tidak sesuai keinginan orangtua pasti tidak boleh.
Setiap
orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak dan ingin agar anak selalu
diliputi kebahagiaan. Tapi seringkali bahagia versi orang tua dan anak berbeda
dan inilah yang seringkali menimbulkan konflik. Nah di bagian kedua ini kita
diajak untuk melihat bahagia dari sudut pandang anak.
Nah
di bagian ketiga ini yang seru, “Menemukan Makna”.
“Allah menganugerahkan “hikmah’ kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakalah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al Baqarah [2]: 269).
Saya itu termasuk orang yang selalu
berekspresi seperti ini 0_0, saat baca tulisan-tulisan orang yang menunjukkan
hikmah dibalik sesuatu. Betapa saya merasa selama ini menganggap bagai angina lalu
peristiwa-peristiwa di sekitar saya. Peristiwa yang menurut saya biasa saja,
tapi orang lain dapat memberi makna yang luar biasa.
“Dengan merenung dan bertafakur kita bisa menggali lautan hikmah yang terdapat di alam semesta.”
Sabda Rasulullah, “Bertafakur sejenak lebih baik dari pada ibadah setahun.”
Dan di dalam buku ini, bu Ida
menunjukkan hikmah-hikmah yang luar biasa dari hal-hal kecil di sekeliling
kita.
The last but not the least
Bagian keempat, “Memotivasi”.
Anak bagaikan kertas putih dan yang menjadikannya berwarna adalah orang tua dan
lingkungnnya, ungkapan ini memang benar adanya. Ucapan dan perlakuan dari orang
tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri anak. Betapa hebat kekuatan
sebuah kata semangat yang keluar dari mulut ayah atau ibu hingga dapat membuat
seorang anak dapat menghadapi rintangan hidupnya dan menjadi pribadi yang kuat
dan pantang menyerah.
“Sini, Nak. Benar kata
teman-temanmu, mulutmu memang dower! Tapi meskipun mulutmu dower, kamu akan
menjadi seorang pembicara hebat. Kau akan diundang ke mana-mana untuk
berbicara. Dengan mulutmu yang dower, kau akan ceramahi orang-orang yang
menghinamu. Mereka akan takjub dengan apa yang kau sampaikan.”
Kalimat berapi-api itulah yang
disampaikan oleh seorang ibu pada anaknya yang menangis gara-gara dikatai
teman-temannya “dower”. Dan apa yang terjadi kawan? Anak ini seketika berhenti
menangis. Dan anak yang dulu dikatai “dower” ini sekarang menjadi pembicara dan
penulis yang ahli dibidangnya. See, betapa hebat pengaruh kata-kata yang
orang tua berikan pada anak. Jadi, nanti tuh kita perlu hati-hati kalau bicara
dengan anak kita, jangan sampai karena kata-kata kita anak malah menjadi lemah
semangat atau parahnya terpuruk.
Intinya sih, dukungan orang
tua apalagi ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak itu penting banget. So,
buat jadi istri dan ibu tuh bukan hal mudah kan. Oke, ayo kita besiap. Bersiap
menyambut si Mas *lalala tebar conveti >.<*.
Quote yang nggak kalah nancep
nih,
“Bagaimana mungkin seorang ibu akan memompakan semangat tinggi pada anaknya untuk maraih cita-cita setinggi langit, andai si ibu sendiri tak lagi memiliki cita-cita.”
Ehmm selesai baca buku ini
otak saya mulai berputar-putar mulai membayangkan mau jadi istri dan ibu
seperti apa saya nanti hufp. Oke deh kawan, akhirnya selesai juga buku pertama tapi
jangan khawatir masih ada catatan parenting kedua dan ketiga. Lain kali kita
kupas, kalau nanti saya sudah baca bukunya hehe.
See yaa. Have fun and keep
reading!
Tok, tok, tok, assalamu'alaykum~ :*
ReplyDeleteWa'alaikumsalam
DeleteAyoo masuk-masuk monggo >.<