Tuesday 23 December 2014

Book Review: Belajar Bahagia, Bahagia Belajar - Catatan Parenting 1

Credit: Google image

Judul           : Belajar Bahagia, Bahagia Belajar
Penulis         : Ida S. Widayanti
Penerbit        : Arga Tilanta
Tahun          : 2013 (Cetakan kedua)
ISBN           : 978-979-1328-71-5
Tebal           : xxv + 186 hlm
Harga          : Rp 45.000,-
Pertama-tama saya mengucapkan Alhamdulillah atas selesainya buku ini dalam sehari dan dengan selesainya buku ini berarti mengurangi tumpukan buku yang telah lama belum terjamah hoho. Ini buku aseli udah dibeli dari tau kapan deh tapi baru sempat dibaca, sekali lagi Alhamdulillah tuh buku nggak berakhir dalam tumpukan berdebu haha.
Kedua, begini ceritanya sebagai seorang gadis yang sedang beranjak dewasa *ehem* tentu salah satu yang perlu dipersiapkan adalah mempersiapkan diri sebagai seorang istri dan juga ibu bagi anak-anak saya nantinya >.<. So, jadilah saya beberapa bulan ini kalau ke toko buku salah satu yang dicari adalah buku berbau-bau pernikahan ataupun parenting. Kalau ada teman yang tanya “Emangnya mba Rina dah mau nikah?” Ya iya lah saya mau nikah tapi tar tunggu si Mas yang nggak tahu di mana dapet alamat rumah dan ketemu Bapak saya hehe. Ya, motif beli buku-buku tema itu emang atas kesadaran diri bahwa tugas menjadi istri dan ibu nanti itu adalah pekerjaan yang penuh tantangan, makannya harus well prepare. Setuju? Yaah setuju aja lah yah.

Oke prolognya terlalu lama, langsung aja deh bedah buku satu ini yuuk.
Buku Belajar Bahagia, Bahagia Belajar ini adalah versi baru dari buku Smart Choice yang pernah terbit tujuh tahun lalu. Dalam buku edisi baru ini disebutkan bu Ida ada delapan kisah baru yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Buku ini juga merupakan buku pertama dari trilogy catatan parenting yang bu Ida tulis.
Saat beli buku ini saya belum kenal bu Ida dan belum tahu kalau beliau sudah banyak menulis buku. Awalnya saya tertarik dengan judul bukunya *emang gampang dibujuk gue ini*. Belajar bahagia. Selama ini yang saya tahu bahagia itu adalah perasaan yang datang begitu saja saat kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Jadi itu tuh reaksi otomatis yang kita nggak harus belajar kan yah. Hem jadi penasaran kan gimana caranya belajar untuk bahagia?
Jadi buku ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian pertama berisi kisah-kisah inspiratif bagaimana pentingnya membangun kebahagiaan pasangan sehingga anak-anak punya lingkungan yang kondusif untuk tumbuh.
2.   Bagian kedua tentang bagaimana suasana belajar yang bahagia membuat anak-anak semangat untuk belajar.
3.    Bagian ketiga berisi kisah-kisah keseharian yang sarat makna.
4.    Bagian keempat menyajikan bagaimana memotivasi anak-anak dengan cara inspiratif.
Menangkap isi bagian pertama, bahwa agar anak-anak kita nanti tumbuh menjadi pribadi yang berhati lembut, peduli sesama, menjadi anak yang penuh kasih sayang maka harus dimulai dari pasangan suami istri itu sendiri. Pasangan ini harus terlebih dahulu bahagia dengan satu sama lain, karena anak tumbuh dengan menangkap apa yang terjadi di sekelilingnya. Maka jangan heran kalau bapak ibunya tidak akur, anak-anak mereka sulit diatur.
“Menikah bukan hanya hidup bersama antara seorang lelaki dan perempuan, namun sinergi dua insan dalam menjalankan amanah sebagai hamba maupun khalifah. Dengan menikah, kualitas kehambaan masing-masing di hadapan Allah seharusnya makin meningkat. Demikian juga dengan kiprah di masyarakat idealnya membei kemaslahatan juga.”
Nah lhoo …
Jadi menikah tuh bukan sekedar saya suka kamu suka, saya cinta kamu cinta terus kita menikah yah. Menikah itu harus ada visi misi yang jelas, mau dibawa ke mana bahtera rumah tangga kita *kapal kali*. Penak-pernik dalam rumah tangga itu banyak dan nggak melulu soal cinta, nah ini yang harus kita persiapkan. Misalnya saja akhlak. Ternyata kawan akhlak yang buruk bisa melunturkan cinta di hati pasangan. Nah nah, mulai deh menengok diri, sudahkah kita menghiasi diri dengan akhlak karimah?.
Di bagian pertama ini ada kisah yang nancep banget, yaitu kisah “Senyum Tukang Sampah”. Kisah si bapak tukan sampah ini yang mengajarkan kita untuk pandai bersyukur. Betapa menyejukkan hati senyum bapak tukang sampah ini yang mendapat bayaran sepuluh ribu rupiah tepat waktu. Sedangkan kita mungkin memiliki berlembar-lembar uang tapi manyun tetap merasa kurang. Betapa seringkali kita para istri - uhuk kita, yeye – tidak bersyukur dan berterima kasih dengan nafkah yang diberikan suami. Daaan ternyata kawan masalah ekonomi ini menjadi nomor dua sumber perceraian di bawahnya orang ketiga.
Masuk dibagian kedua nih. Seperti judul babnya bahagia belajar, berisi bagaimana membuat anak-anak kita bahagia saat mereka belajar. Kita yang sudah beranjak dewasa ini pasti pernah kecil kan, kita pasti punya pengalaman masing-masing bagaimana dulu proses belajar kita. Ada anak yang diberi kebebasan untuk berekspresi melakukan apa yang mereka suka dan ada sebagian anak lainnya yang selalu diatur ini itu kalau tidak sesuai keinginan orangtua pasti tidak boleh.
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak dan ingin agar anak selalu diliputi kebahagiaan. Tapi seringkali bahagia versi orang tua dan anak berbeda dan inilah yang seringkali menimbulkan konflik. Nah di bagian kedua ini kita diajak untuk melihat bahagia dari sudut pandang anak.
Nah di bagian ketiga ini yang seru, “Menemukan Makna”.
“Allah menganugerahkan “hikmah’ kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakalah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al Baqarah [2]: 269).
 Saya itu termasuk orang yang selalu berekspresi seperti ini 0_0, saat baca tulisan-tulisan orang yang menunjukkan hikmah dibalik sesuatu. Betapa saya merasa selama ini menganggap bagai angina lalu peristiwa-peristiwa di sekitar saya. Peristiwa yang menurut saya biasa saja, tapi orang lain dapat memberi makna yang luar biasa.

“Dengan merenung dan bertafakur kita bisa menggali lautan hikmah yang terdapat di alam semesta.”

Sabda Rasulullah, “Bertafakur sejenak lebih baik dari pada ibadah setahun.”
Dan di dalam buku ini, bu Ida menunjukkan hikmah-hikmah yang luar biasa dari hal-hal kecil di sekeliling kita.
The last but not the least
Bagian keempat, “Memotivasi”. Anak bagaikan kertas putih dan yang menjadikannya berwarna adalah orang tua dan lingkungnnya, ungkapan ini memang benar adanya. Ucapan dan perlakuan dari orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri anak. Betapa hebat kekuatan sebuah kata semangat yang keluar dari mulut ayah atau ibu hingga dapat membuat seorang anak dapat menghadapi rintangan hidupnya dan menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah.
“Sini, Nak. Benar kata teman-temanmu, mulutmu memang dower! Tapi meskipun mulutmu dower, kamu akan menjadi seorang pembicara hebat. Kau akan diundang ke mana-mana untuk berbicara. Dengan mulutmu yang dower, kau akan ceramahi orang-orang yang menghinamu. Mereka akan takjub dengan apa yang kau sampaikan.”
Kalimat berapi-api itulah yang disampaikan oleh seorang ibu pada anaknya yang menangis gara-gara dikatai teman-temannya “dower”. Dan apa yang terjadi kawan? Anak ini seketika berhenti menangis. Dan anak yang dulu dikatai “dower” ini sekarang menjadi pembicara dan penulis yang ahli dibidangnya. See, betapa hebat pengaruh kata-kata yang orang tua berikan pada anak. Jadi, nanti tuh kita perlu hati-hati kalau bicara dengan anak kita, jangan sampai karena kata-kata kita anak malah menjadi lemah semangat atau parahnya terpuruk.
Intinya sih, dukungan orang tua apalagi ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak itu penting banget. So, buat jadi istri dan ibu tuh bukan hal mudah kan. Oke, ayo kita besiap. Bersiap menyambut si Mas *lalala tebar conveti >.<*.
Quote yang nggak kalah nancep nih,
“Bagaimana mungkin seorang ibu akan memompakan semangat tinggi pada anaknya untuk maraih cita-cita setinggi langit, andai si ibu sendiri tak lagi memiliki cita-cita.”
Ehmm selesai baca buku ini otak saya mulai berputar-putar mulai membayangkan mau jadi istri dan ibu seperti apa saya nanti hufp. Oke deh kawan, akhirnya selesai juga buku pertama tapi jangan khawatir masih ada catatan parenting kedua dan ketiga. Lain kali kita kupas, kalau nanti saya sudah baca bukunya hehe.
See yaa. Have fun and keep reading!

2 comments: